Kehadiran Realme 15 Pro dengan fitur AI Genie membawa angin segar dalam dunia smartphone, khususnya bagi konsumen yang gemar fotografi dan konten visual. Fitur berbasis kecerdasan buatan ini mampu melakukan editing foto hanya dengan perintah teks atau suara, sehingga pengguna tidak perlu repot menggunakan aplikasi pihak ketiga.
Namun, di balik kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan, ada sisi lain yang perlu diperhatikan: aspek etika, kualitas hasil, dan potensi dampak jangka panjang. Dari perspektif kritikus teknologi, AI Genie memang menjanjikan, tapi juga menyisakan sejumlah pertanyaan penting.
Inovasi yang Mengubah Cara Edit Foto
Tidak dapat dipungkiri, AI Genie adalah inovasi yang mengesankan. Fitur ini menghilangkan kerumitan editing foto tradisional. Pengguna cukup mengatakan “hapus objek di latar belakang” atau “buat warna lebih cerah”, dan dalam sekejap hasilnya langsung muncul. Bahkan, AI Genie mampu menambahkan objek baru atau mengganti suasana langit hanya dengan perintah sederhana.
Dari sisi teknis, hal ini adalah lompatan besar. Editing yang sebelumnya membutuhkan aplikasi rumit seperti Photoshop kini bisa dilakukan siapa saja, bahkan pengguna awam. Bagi Realme, langkah ini bisa menjadi nilai jual yang kuat untuk bersaing di pasar smartphone yang semakin kompetitif.
Namun, justru karena kemudahannya inilah muncul pertanyaan: apakah teknologi ini benar-benar siap digunakan tanpa batasan?
Kualitas Hasil yang Belum Konsisten
Salah satu masalah utama dari AI Genie adalah kualitas hasil yang masih belum konsisten. Untuk tugas-tugas sederhana seperti mencerahkan foto atau menghapus objek, hasilnya cukup rapi dan memuaskan. Tapi untuk permintaan yang lebih rumit, seperti mengganti pakaian dengan jersey klub sepak bola atau menambahkan objek tertentu, hasilnya sering kali terlihat tidak natural.
Bagi mata yang jeli, hasil edit AI ini masih terlihat “kasar” dan menimbulkan kesan artificial. Tepi gambar tidak mulus, pencahayaan objek tambahan tidak selalu sesuai dengan kondisi foto asli, dan terkadang proporsinya janggal.
Sebagai inovasi baru, hal ini bisa dimaklumi. Namun, jika Realme ingin AI Genie benar-benar diandalkan, peningkatan kualitas hasil adalah hal yang mutlak diperlukan. Tanpa itu, pengguna mungkin akan cepat kecewa dan kembali ke aplikasi editing manual yang lebih bisa diprediksi hasilnya.
Tantangan Etika: Tidak Ada Penanda Edit AI
Masalah lain yang lebih serius justru terletak pada sisi etika. Realme memutuskan untuk tidak memberikan watermark atau tanda apapun pada foto hasil edit AI Genie. Dengan kata lain, foto hasil manipulasi AI bisa dengan mudah dianggap sebagai foto asli.
Keputusan ini berbeda dengan kompetitor seperti Samsung atau Google yang menambahkan watermark atau indikator khusus untuk menandai foto hasil generatif AI. Dari perspektif kritikus, hal ini menimbulkan risiko besar.
Bayangkan jika foto hasil AI digunakan untuk tujuan yang salah, misalnya membuat berita palsu atau menyebarkan hoaks visual. Tanpa penanda, orang awam sulit membedakan mana foto asli dan mana yang hasil rekayasa. Dalam era digital di mana kepercayaan terhadap informasi visual sudah sering dipertanyakan, absennya tanda ini bisa menjadi bumerang.
Realme memang ingin memberikan kebebasan penuh kepada pengguna, tetapi di sisi lain, tanggung jawab etis terhadap dampak sosial juga tidak bisa diabaikan.
Potensi Penyalahgunaan
AI Genie pada dasarnya membuka peluang besar bagi penyalahgunaan. Selain hoaks, fitur ini bisa digunakan untuk membuat konten manipulatif seperti foto yang menampilkan seseorang dalam situasi tertentu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Misalnya, mengganti pakaian seseorang agar terlihat mendukung klub tertentu, menambahkan objek yang tidak ada dalam kenyataan, atau bahkan membuat gambar yang bisa merusak reputasi seseorang. Tanpa kontrol atau batasan, potensi penyalahgunaan ini bisa sangat berbahaya.
Sebagai kritikus, hal ini menjadi perhatian utama. Teknologi seharusnya membantu manusia, bukan justru menambah masalah sosial. Oleh karena itu, Realme perlu memikirkan cara untuk menyeimbangkan kebebasan pengguna dengan keamanan publik.
Persaingan dengan Kompetitor: Pilihan Berisiko
Dibandingkan dengan Samsung dan Google, pendekatan Realme terhadap AI Genie memang lebih “bebas”. Tanpa watermark dan dengan kebebasan editing penuh, Realme seolah ingin menunjukkan bahwa mereka lebih berani dalam menghadirkan teknologi AI.
Namun, keberanian ini juga bisa dianggap sebagai pilihan berisiko. Kompetitor yang lebih ketat dalam regulasi watermark justru bisa terlihat lebih bertanggung jawab secara etis. Dalam jangka panjang, konsumen yang peduli pada aspek keamanan dan keaslian mungkin akan lebih mempercayai brand yang memberikan transparansi penuh pada hasil edit AI.
Artinya, meskipun AI Genie memberi kesan revolusioner, Realme tetap harus berhati-hati agar tidak kehilangan kepercayaan publik.
Kebutuhan Regulasi dan Literasi Digital
Selain tanggung jawab produsen, masyarakat juga perlu dibekali dengan literasi digital yang lebih baik. Pengguna harus paham bahwa tidak semua foto yang beredar di internet bisa dipercaya, apalagi jika AI editing semakin canggih dan sulit dibedakan dari foto asli.
Di sisi lain, pemerintah dan lembaga terkait perlu memikirkan regulasi yang jelas mengenai penggunaan teknologi generatif AI, termasuk soal tanda pengenal dan etika distribusi konten. Jika tidak, teknologi seperti AI Genie bisa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar daripada manfaatnya.
Kesimpulan: Inovasi Perlu Diimbangi Etika
AI Genie di Realme 15 Pro jelas merupakan inovasi yang menarik dan berpotensi mengubah cara orang berinteraksi dengan foto digital. Namun, dari perspektif kritikus teknologi, ada beberapa catatan penting:
-
Kualitas hasil belum konsisten, terutama pada editing kompleks.
-
Tidak adanya watermark menimbulkan risiko etika dan kepercayaan publik.
-
Potensi penyalahgunaan sangat tinggi jika tidak ada kontrol atau regulasi.
-
Perbandingan dengan kompetitor menunjukkan bahwa kebebasan tanpa batas bukan selalu keunggulan.
Pada akhirnya, inovasi teknologi harus selalu berjalan beriringan dengan tanggung jawab. Jika Realme mampu memperbaiki kualitas hasil AI Genie sekaligus menghadirkan mekanisme transparansi yang adil, fitur ini bisa benar-benar menjadi revolusi positif. Namun jika tidak, AI Genie bisa menjadi pisau bermata dua: memudahkan pengguna di satu sisi, tapi menimbulkan masalah etis dan sosial di sisi lain.