
Di era ketika teknologi semakin menyatu dengan kehidupan sehari-hari, memilih perangkat wearable bukan hanya soal fitur canggih, tapi juga soal bagaimana perangkat tersebut mendukung ritme hidup penggunanya. Infinix, yang selama ini dikenal lewat produk smartphone-nya, kini menegaskan komitmennya dalam dunia wearable dengan meluncurkan Infinix XBAND. Tapi, apakah smartband ini hanya gimmick bergaya atau benar-benar relevan dalam rutinitas modern?
Saya mencoba melihat Infinix XBAND bukan dari sisi spesifikasi semata, tapi lebih pada bagaimana perangkat ini hadir sebagai komponen gaya hidup. Inilah ulasan dari perspektif pengguna yang tidak hanya mengejar angka langkah atau detak jantung, tapi juga keseimbangan hidup digital dan fisik.
Unboxing yang Menghadirkan Elemen Kejutan

Hal pertama yang cukup menarik dari XBAND adalah pengalaman unboxing-nya. Tidak seperti kebanyakan smartband yang hadir dengan paket minimalis dan standar, Infinix menyuntikkan sedikit unsur kejutan lewat konsep “strap blind box”. Saat membuka kotak, pengguna mendapatkan dua tali strap: satu sesuai warna pilihan dan satu lagi sebagai kejutan. Ini mungkin tampak sepele, tapi untuk generasi muda—terutama Gen Z yang suka bereksplorasi dalam penampilan—hal ini menambahkan personal touch yang menyenangkan.
Paketnya sendiri berisi:
- Infinix XBAND Smartband
- Strap utama
- Strap kejutan
- Magnetic charging cradle
- Kartu garansi dan informasi keamanan
Unboxing-nya memberi kesan produk yang “serius tapi fun”—menandai identitas yang coba dibawa oleh Infinix di segmen wearable.
Desain: Ringan, Ramping, dan Siap Tampil

Ketebalan hanya 8.99mm dan bobot 24 gram menjadikan XBAND terasa nyaris tidak ada di pergelangan tangan. Saya memakainya hampir 14 jam sehari, dan tidak sekali pun merasa terganggu, baik saat mengetik, menyetir, bahkan saat tidur.
Tampilan layarnya berukuran 1.57 inci dengan resolusi 200×320 piksel, yang terlihat cukup tajam untuk kategori smartband. Layarnya responsif dengan teknologi Full Touch HD, dan ini penting, karena banyak smartband entry-level masih terasa “laggy” atau kurang intuitif saat disentuh.
Tampilannya mungkin tidak semewah smartwatch flagship, tapi pendekatannya minimalis dan modern sesuai dengan selera pengguna aktif yang menginginkan fungsi tanpa kompromi gaya.
Menemani Hari dari Pagi Sampai Tidur

Satu kekuatan dari XBAND adalah kemampuannya menyatu dalam rutinitas harian. Begitu bangun pagi, XBAND langsung menunjukkan kualitas tidur malam sebelumnya, termasuk durasi dan fase tidur. Data ini kemudian bisa diakses lewat aplikasi My Health, yang jadi pusat kendali utama smartband ini.
Saat jogging ringan di pagi hari, XBAND mulai mencatat langkah, jarak, dan kalori secara otomatis. Dengan dukungan lebih dari 100 mode olahraga, smartband ini bukan hanya relevan bagi pelari dan pencinta gym, tapi juga untuk pecinta yoga, bersepeda, atau bahkan sekadar berjalan di taman.
Yang saya nilai sangat membantu adalah sensor heart rate dan SpO2 yang bekerja 24/7. Saya bisa tahu kapan tubuh saya sedang terlalu tegang atau butuh istirahat sejenak. Fitur stress monitoring bahkan cukup akurat mendeteksi pola napas saya saat bekerja dalam tekanan.
Bagi pengguna perempuan, fitur pelacak siklus menstruasi juga ditanamkan, menunjukkan bahwa perangkat ini mencoba inklusif dalam menawarkan manfaat keseharian.
Notifikasi? Ya. Interaksi? Tidak (dan Itu Oke)

XBAND memungkinkan notifikasi dari berbagai aplikasi seperti WhatsApp, SMS, panggilan, dan media sosial langsung ditampilkan di pergelangan tangan. Memang, kita tidak bisa membalas langsung dari smartband ini, tapi ini justru bisa jadi keuntungan.
Bagi sebagian orang (termasuk saya), tidak bisa membalas langsung artinya kita tidak terdistraksi untuk membuka HP setiap saat. Ini membantu menjaga fokus saat bekerja atau berolahraga. Perangkat ini berfungsi sebagai “penyaring”, bukan pengalih perhatian.
Baterai dan Daya Tahan: Bisa Diandalkan

Satu kata: awet. Dengan baterai 230mAh, XBAND bisa bertahan hingga 12 hari dalam pemakaian normal. Pengisian daya memakan waktu sekitar 2 jam melalui magnetic charging cradle. Ini sangat membantu, apalagi buat pengguna yang tidak ingin repot mengisi daya perangkat wearable setiap malam.
Smartband ini juga mengantongi sertifikasi IP68, yang artinya tahan debu dan bisa digunakan saat hujan ringan atau ketika berkeringat. Saya bahkan sempat lupa melepasnya saat mencuci tangan dan tidak ada masalah sama sekali.
Aplikasi My Health: Sederhana Tapi Cukup

Aplikasi pendukung sering kali menjadi kelemahan dari perangkat wearable budget. Namun, My Health cukup solid dalam menyajikan data. Tampilan aplikasinya bersih, intuitif, dan semua fitur—mulai dari pemantauan detak jantung, SpO2, tidur, hingga olahraga—dikelompokkan dengan rapi.
Tentu, akan menyenangkan jika ke depannya aplikasi ini bisa terintegrasi dengan platform lain seperti Google Fit atau Apple Health, tapi untuk pengguna umum, My Health sudah mencukupi.
Harga yang Meruntuhkan Batas

Dengan harga Rp359.000, Infinix XBAND memberikan nilai luar biasa. Tidak banyak perangkat wearable di kisaran harga ini yang menawarkan kombinasi desain, fitur kesehatan lengkap, dan daya tahan baterai yang solid. Ini menjadikannya alternatif menarik tidak hanya bagi pelajar atau mahasiswa, tapi juga profesional muda yang ingin punya partner digital yang ringan dan reliable.
Kesimpulan: Bukan Sekadar Smartband, Tapi Teman Hidup Digital

Infinix XBAND bukan tentang inovasi revolusioner, tapi tentang bagaimana perangkat sederhana bisa menyatu dengan ritme hidup modern. Ini bukan smartband untuk orang yang ingin menggantikan smartwatch premium, melainkan untuk mereka yang butuh teman setia yang memantau, membantu, tapi tidak mengganggu.
Apakah ada kekurangan? Tentu. Tidak bisa membalas notifikasi adalah salah satunya, dan tidak ada fitur GPS internal. Namun, dengan harga yang ditawarkan, itu adalah kompromi yang sangat bisa diterima.
Infinix XBAND membuktikan bahwa wearable yang baik tidak harus mahal atau mewah. Yang penting adalah bagaimana ia hadir dalam setiap detik aktivitas kita tanpa perlu mendominasi, cukup menemani.